Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teman Dari Alam Lain 4 (End)

"Tantri!" Aku mengejarnya jauh, memegang tangannya memaksa berhenti.
"Kenapa Mir? Kenapa harus Rangga muncul lagi di kepala loe?"
Semua tatapan mata mahasiswa tertuju ke arah kami. Posisi kami tepat depan perpustakaan yang depannya lapangan basket sedang diadakan pertandingan.
"Jadi bener kan, loe inget Rangga?"
Tiba-tiba saja Tantri menangis kencang.
"Stop Mir! Stop! Berhenti tanya soal Rangga!" Sentaknya berteriak.
"Kenapa?" Deru suaraku tak mau kalah.
"Gue, gue pembunuh Mir, gue pembunuh!" Katanya menjambaki rambut.
Semakin banyak mahasiswa mengerubungi kami. Aku memeluk Tantri erat. Berusaha menahannya agar tidak menyakiti fisik.
"Tan, ayo pindah,"
Masih dalam tangisan, tapi sepertinya dia mulai sadar dan malu pada teriakannya sendiri.


Teman Dari Alam Lain 4

Aku sengaja membawa Tantri ke ruang kesehatan. Hanya di sana tempat yang sedikit manusia dan tenang. Aku bisa lebih leluasa mengintrogasi Tantri. Juga mengantisipasi kalau-kalau dia menangis seperti tadi.
"Tan," aku rasa dia sudah sedikit tenang.
Dia membuka gawai dari tasnya. Membuka aku media sosial, mencari beberapa unggahan yang sudah disembunyikan privasinya.
Dari sanalah dia menunjukan wajah Rangga. Wajah yang beberapa hari ini aku rindukan. Namun, di antara semua unggahan itu, ada satu foto yang membuatku terkesiap. Itu adalah Tantri, dengan pakaian serba hitam, berdiri di pemakaman. Matanya sembab habis menangis. Lantas di slide kedua, sebuah nisan bertuliskan Rangga.
"Maafin gue Mir," tangisnya pecah lagi. Tubuhnya merosot jatuh ke lantai.
Tiba-tiba, sesuatu bermunculan di kepalaku.
Mir, gue di Simpang Tiga, cepet Mir, ada yang mau nyakitin gue, pesan masuk dari Tantri melalui gawaiku.
"Ga,"
Aku pikir semua itu betul. Mira hanya bercanda di hari ulang tahunku. Dia bermaksud mengerjai. Sayangnya dia tidak memberitahu Rangga. Sehingga dia menyangka hal itu adalah nyata.
Rangga memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Di perempatan saat lampu berubah merah, Rangga masih memacu mobilnya kencang. Dia takut Tantri kenapa-napa.
"Ciiit... bruuuk!" Mobil kami terbanting sebuah truk yang melaju kencang.
Aku koma, setidaknya itu yang dikatakan Tantri. Tapi tidak dengan Rangga. Dia meninggal di tempat. Setahun lalu. Tepat di hari ulang tahunku.
***
Rangga menemuiku, mungkin untuk yang terakhir kali. Di belakang rumahnya, di pemakaman umum yang aku sengaja datang sendiri.
Aku ingin minta pertanggung jawabannya atas rindu yang selama ini muncul.
"Mir,"
Dia menyentuh bahuku. Aku takut? Tidak! Sama sekali. Aku malah ingin dia muncul terus.
"Aku tidak bisa pergi begini, ada hal yang harus aku katakan," senyuman itu, aku benci!
Aku menangis tergugu. Dia tidak bisa menariku bahkan di pelukannya. Tubuhnya hanya sebatas bayangan yang hanya bisa aku tatap.
"Aku mencintaimu," bisiknya seiring kepergian tubuh itu menjadi hembusan angin.
Aku jatuh berlutut. Tadi sore orangtua Rangga datang ke rumah. Mengantarkan sebuah kotak tertulis namaku.
Ada surat dari Rangga di dalamnya.
Mir, kita udah lama temenan, lu mau jadi pacar gue kan? Happy birthday Mir, tetep jadi cewe cerewet yah nyebelin.
Aku menangis kencang memeluk boneka beruang dari dalam kotak itu.
Rangga, aku pun mencintaimu, selamanya
Gani Mandali
Gani Mandali Penulis, editor, traveler, hobi jajan, hobi nonton, hobi jalan-jalan. Engga suka cowok Korea tapi seneng sama cowok timur tengah yang hidungnya bangir, rahangnya tegas, tinggi, gede, seksi (semacam cowok Turki lah).

Posting Komentar untuk "Teman Dari Alam Lain 4 (End)"