Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teman Dari Alam Lain 3

Teman Dari Alam Lain 3

Pagi-pagi sekali aku sudah keluar rumah. Dengan setelan olahraga, pamit pada Mamah bahwa aku akan bersepeda. Padahal tidak! Aku akan mencari Rangga. Bayangannya saat aku di halte, juga setiap kemunculannya yang aku rasa aneh.
Papah sudah datang sejak semalam. Dia membawakanku satu set buku menarik. Katanya kado ulang tahun. Aku tidak ingat kapan aku ulang tahun. Kata Papah, seminggu yang lalu.
Karena sejak kecil tinggal di sini, aku jadi hapal betul daerah sini sampai ke ujungnya. Rumah Rangga ada di pinggiran sungai yang airnya mengalir jernih. Ada pohon kersen dan cermai tepat di belakangnya. Datang ke sini seperti aku sudah mengalami de javu. Aku tau tempat ini. Sangat tahu. Tempat yang tidak asing. Tapi Rangga, dia begitu familiar tapi juga asing. Seperti kenal, tapi aku tidak kenal siapa dia.
Setelah sampai, aku tidak yakin. Rumah itu tidak berpenghuni. Aku rasa pemiliknya meninggalkan rumah ini tiga sampai empat bulan yang lalu. Di halaman, ilalang tumbuh begitu subur. Debu-debu yang tertiup angin, menutup teras luar juga jendela.
"Apa Rangga betulan tinggal di sini?"
Ragu-ragu aku melangkah.
"Assalamualaikum?"
Tidak ada sautan. Jelas saja, dari luar pun sudah ketauan kalau di rumah ini tidak ada orang.
Aku mencoba mendekat ke pintu, mengintip lewat jendela. Benar, aku ingat rumah ini. Aku pernah ke sini. Bagian dalamnya saja aku hatam. Tapi kenapa aku bisa sehapal ini? Siapa Rangga? Siapa orangtuanya?
"Mira?"
"Hah," aku kaget. Rangga tiba-tiba saja ada di belakang.
"Ka-kamu kok bisa tiba-tiba muncul?"
Aku ingat penampakan dia di mall kemarin. Ada rasa ragu, apa Rangga ini betulan manusia.


Teman Dari Alam Lain 3

"Kaya orang lihat setan gitu sih?"
Elu setannya! Dengusku dalam hati.
"Eng-engga, cuman kaget,"
Dia tersenyum, senyuman penuh arti.
"Ka-kamu betulan tinggal di sini kan? Kok rumahnya kaya-"
"Rumah kosong?" Dia memotong kalimatku.
Rangga menunjuk satu rumah rada jauh dari sini. Itu rumah Bi Elin. "Aku tinggal di sana," katanya. Bi Elin yang sedang menyapu teras tersenyum melihatku. Rangga melambai padanya, lalu dia masuk ke rumah.
"Ke belakang yuk?" Ajaknya.
Aku mengikuti saja. Rencanaku yang tadinya mau bertanya pada dia soal kejadian-kejadian ganjil di waktu lalu kuurungkan dulu.
Ada dermaga kecil di sungai jernih ini. Lalu muncul bayanganku saat kecil duduk di sana. Dengan seorang bocah lelaki dan perempuan lainnya. Bocah perempuan itu Tantri, aku ingat betul, tapi bocah laki-laki itu siapa? Bayangannya buram. Wajahnya tidak jelas, berganti-ganti. Aku tidak ingat siapa dia. Tapi sepertinya kami karib.
"Mir,"
"Eh," aku terkesiap.
"Kok ngelamun?"
"Kayaknya aku kenal betul deh tempat ini,"
"Memang," jawabnya.
"Kamu kenal Tantri, kan?"
Dia diam sejenak, "Kenal,"
"Kamu bukan pendatang?"
Lagi-lagi dia tidak langsung menjawab. Memandang wajahnya, aku seperti teringat sesuatu. Tapi tidak utuh. Anak kecil laki-laki itu Rangga. Tapi kenapa aku bisa lupa? Apa yang terjadi? Kami karib sejak kecil. Tiba-tiba kepalaku terasa sakit berdenyut-denyut. Aku merasa mual. Wajah Rangga pudar. Tubuhku limbung ke tanah.
Tau-tau, sudah di rumah sakit.
Mamah panik berada di sampingku.
"Kamu ngapain ke deket sungai?" Cercanya saat aku sadar.
Papah menenangkan menyuruhnya supaya jangan dulu bertanya.
"Om, Tante!" Tantri menerobos masuk.
"Ya ampun Mira, loe gapapa?"
Aku hanya bisa terdiam bingung.
Yang aku ingat, terakhir aku di sungai dengan Rangga. Kenapa dia tidak ikut ke rumah sakit.
"Mah Rangga mana?"
Mamah terkesiap, "Rangga?"
Raut Tantri terkejut, segera dia ajak Mamah keluar, aku tidak tau apa yang mereka bicarakan. Papah juga hanya menerka-nerka.
"Pah, Rangga mana? Kok gak ikut nganterin aku di sini?"
Raut wajah Papah malah menjadi bingung.
"Rangga siapa? Pacarmu yah?"
Aku berpaling membuang wajah, sebal.

Sejak hari itu, Rangga belum pernah muncul lagi di hadapanku. Di komplek, kampus, atau alfamart tempat dia meninggalkan sodanya.
"Tantri gue mau ngomong sebentar!"
"Ada apa Mir?"
"Loe kenal Rangga, kan?"
Wajahnya seperti terkejut.
"Rangga, Rangga yang mana yah?"
Aku mendesah frustasi. "Rangga sahabat kecil kita,"
Dia berpikir mencari alibi.
"Kita gak punya temen namanya Rangga Mir!"
"Ada Tan. Anak kecil yang suka bareng main sama kita di sungai,"
"Imajinasi lu mungkin Mir, kita gak punya temen cowok, engga ada!" Tantri meninggalkanku kesal.
Kenapa, ada apa dengan dia? Kenapa dia harus marah?
Bersambung
Gani Mandali
Gani Mandali Penulis, editor, traveler, hobi jajan, hobi nonton, hobi jalan-jalan. Engga suka cowok Korea tapi seneng sama cowok timur tengah yang hidungnya bangir, rahangnya tegas, tinggi, gede, seksi (semacam cowok Turki lah).

Posting Komentar untuk "Teman Dari Alam Lain 3"