Teman Dari Alam Lain (Part 1)

Aku sering dengar anak-anak memang sangat dekat dengan imajinasi mereka. Ketika adikku yang berusia empat tahun berbicara sendiri, aku biarkan saja dia. Mama bilang jangan diganggu. Aku tidak merinding, aku yakini itu bukan setan dan sebangsanya. Hanya teman imajinasi.


Tapi lain halnya jika teman imajinasi dimiliki oleh remaja seusiaku. Remaja dua puluh tahun yang sudah melewati empat semester bangku kuliah. Di halte angkot, pukul enam sore. Saat kumandang azan bergema diantara rintik-rintik hujan. Di sana, di sebrang jalan. Seorang pemuda melenggang begitu saja. Tak dihiraukan lalu lalang kendaraan yang berlalu.

Tubuhnya basah kuyup terkena hujan. Tidak ada satu pun dari kendaraan itu berhasil mengenainya.

Sampai saat dia berada di hadapanku. "Mba, jadi naik angkot gak nih?" Tegur si mamang angkot yang sudah menunggu sejak lama. Lupakan yang tadi itu hanya lamunan. Sebegitu nyata. Sampai kadang-kadang aku tidak bisa membedakan mana hayalanku dan mana kenyataan.

"Mir, malam ini mamah gak pulang yah. Kamu mau tidur di sini atau mau ikut ke rumah nenek? Dede juga ikut kok," katanya menunjuk bocah delapan tahun berbadan gempal itu.

Makluk kecil menyebalkan yang lebih sering membuat aku teriak-teriak kesal.

Teman Dari Alam Lain (Part 1)

"Engga ah, Mira di sini aja. Males keluar,"

"Yakin?" Aku tak menyahut. Mamah dan Dede sering sekali tidur di rumah Nenek. Sejak Kakek meninggal. Sedang aku, sering malas keluar rumah. Lebih senang baca buku sampai tiduran di kasur.

Kudengar, suara mobil Mamah menjauh. Tiba-tiba saja perut ini terasa lapar. Di kulkas cumab ada beberapa lembar roti dan telur. Aku sedang ingin makan Indomie. Bukan endorse, tingkat kenikmatan Indomie bahkan sudah dirasakan dunia. Kebetulan sekali tidak jauh dari rumahku ada Alfamart. Di luar hujan masih gerimis.

"Ah gak papa lah," Segera kukenakan jas hujan, mengeluarkan sepeda. Menutup dulu pagar. Di rumahku tidak ada pembantu atau penjaga. Jadi aku harus ekstra kunci-kunci. Lurus ke kanan, di persimpangan belok kiri sekitar seratus meter dan sampai. Dengan logo lebahnya yang sombong.

 "Selamat malam, selamat belanja," Aku cuman nyengir. Menghampiri rak mie. Eh sebentar. Pria yang sore tadi menyebrang ada di dekat pendingin minuman.

Seingatku setelah diteriaki mamang angkot dia hilang dari pandangan. Dan sekarang dia ada di sini. Apa dia nyata? Tanpa banyak basa basi dia kuhampiri.

Kuperhatikan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia menatapku aneh.

"Ada yang salah?"

 "Ah engga," segera dia mengambil soda dan pergi ke meja kasir. Aku juga buru-buru menyerahkan Indomieku. Bergegas keluar mengejar dia yang lebih dulu pergi.

"Mba," Baru saja aku mendorong pintu.

"Sodanya ketinggalan," "Soda? Aku gak beli," Jangan-jangan orang itu, ketinggalan. Segera kuambil. "Bayar dulu mba," "Jadi dia belum bayar?" Kasir itu mengernyit. Ah segera saja kutuntaskan. Sejujurnya aku bukan peminum soda. Dia pulang ke arah yang berlawanan denganku. Untung saja jalanan panjang. Kecepatan kakinya masih standar orang biasa. Di bawah lampu jalan aku melihatnya entah sedang apa. Tadinya mau memberikan soda yang dia tinggalkan di kasir. Kupacu sepedaku secepat yang aku bisa. Jalanan licin. Dengan sekali rem roda depan sepedaku selip. "Bruk." Ada goresan besar di lutut ke betis yang terseret di aspal. Berdarah. Bisa kupastikan akan meninggalkan jejak. Aku menangis saat itu juga. Perih, panas dan bingung mau ngapain. Dia menoleh mungkin karena suara yang kubuat. Menghampiri. "Gapapa?" "Gapapa gimana? Berdarah nih," Aku merasa kakiku tidak bisa digerakan. "Ngapain ngikutin aku?" Aku menyerahkan keresek. "Sodamu kok ditinggal?" "Oh ini," dia hanya tertawa. Setelah kakiku rada baikan, dia membantu aku berdiri. Kami duduk di kursi pinggir jalan. Mana mungkin aku bisa bersepeda dengan keadaan kaki seperti ini. Jarak aku berada ke rumah jadi terasa lebih jauh. "Sudah jangan menangis," Dia mengusap air mata di pipiku. Malam itu dia membantu menuntun sepedaku mengantarkan sampai ke rumah. Barulah di rumah aku mengobati lukaku. Bersambung

0 Comments

Posting Komentar

Selamat datang di Genmugn.my.id, silahkan beri komentar Anda di artikel ini, berkomentarlah yang sopan dan sesuai isi artikel