Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teman Dari Alam Lain (2)

Teman Dari Alam Lain



Pagi-pagi, setelah aku selesai mandi, suara mobil Mamah terdengar masuk.
Aku yang sedang membuat roti isi ala-ala bergegas keluar. Dede--si Gempal--buru-buru masuk ke dalam mencium aroma-aroma roti bakar untuk roti isi buatanku.
"Loh, kenapa Mir?"
Mamah menyadari cara berjalanku jadi pincang.
"Tadi malem jatoh, pas beli Indomie,"
Maaf permirsa, lagi-lagi ini bukan endorse.
"Oh,"
Oh doang. Mamah gak tanya aku gak kenapa-napa atau apa aja yang sakit dan lain sebagainya apa.
"Besok Papah pulang,"
"Oh iyah? Kok gak ngabarin ke aku,"
"Kamu sih, tiap Papah pulang pasti minta oleh-oleh,"
Aku cuman nyengir. Aku biasanya minta Papah belikan aku buku dari Gramedia. Kebetulan, stok buku bacaanku habis. Kalau begitu, nanti aku minta mentahannya saja, uangnya maksudnya.
"Yaudah aku berangkat yah Mah, assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Segera aku keluar dari rumah, membuka pagar menunggu angkot yang biasanya lewat ke depan rumah. Naik dan berhenti di terminal. Lanjut dengan angkot lainnya yang mengantarkanku sampai di kampus.
Baru jam tujuh, suasana kampus masih sepi. Kelas dimulai satu jam lagi. Sengaja aku datang lebih awal. Mau diam dulu nongkrong di perpustakaan.
Sudah dua bulan ini seperti ada yang kurang. Seperti ada yang hilang. Tapi aku tidak tahu itu apa.
Saat sedang memilih buku, aku tidak terlalu suka buku pelajaran, jadi sasaranku rak novel saja. Tiba-tiba, saat duduk kembali di meja baca, di kursi paling pojok, apa dia mahasiswa baru? Pikirku.
Yang kupandang sepertinya merasa. Secepat kilat dia menengok.
"Kamu, kamu yang kemaren kan? Anak sini juga? Ya ampun, gak nyangka yah," ucapku.
"Gimana kakinya? Udah baikan?" Balasnya bertanya.
"Ah lumayan,"
"Sukur deh,"
"Jurusan apa?" Tanyaku.
Akhirnya, obrolan kami berlanjut sampai aku harus masuk kelas. Namanya Rangga. Dia tinggal di komplek yang tidak jauh dari rumahku. Mendengar namanya seperti tidak asing tapi aku tidak kenal. Lagipula, aku selalu dekat dengan anak komplek. Apa dia baru pindah sampai aku tidak kenal. Aku tidak sempat menanyakan itu tadi.
"Mira, mau ikut ke Plaza gak?" Tanya Tantri saat jam kelas sudah berakhir.
"Yah, bokap gue baru pulang, gue gak bawa duit lebih,"
"Yaelah Mir, tenang aja, minum doang mah gue bayarin,"
"Ahsyiap kalo gitu! Tapi sama makan yah?"
"Iyah ayo!"
Tantri memang anak orang tajir. Ayahnya bekerja di BUMN, ibunya seorang suplayer produk kecantikan yang sudah berpenghasilan lebih dari seratus juta per bulan. Dia gak cuman mentraktirku makan, dia mentraktirku nonton dan main di timezone. Soal pekerjaan orangtuanya itu, hanya aku yang tahu. Itu karena kami sudah berteman sejak kecil. Dia bilang, biarlah orang lain mengenal dia sama saja dengan yang lain. Dia tidak mau didekati teman-teman palsu.

Teman Dari Alam Lain (Part 2)

Dari keramaian, saat aku dan Tantri sedang menikmati makanan, aku melihat Rangga di sana. Di tengah kerumunan orang, menatapku lurus. Bukan tatapannya saat aku terjatuh. Jujur saja aku tidak nyaman. Aku pikir mungkin di pembicaraan kami pagi tadi, aku mengatakan hal yang salah.
"Tan, bentar yah!"
"Eh ke mana Mir?" Aku tak menjawab.
"Kamu ngapain di sini?"
"Ngikutin kamu,"
Oke, aku mulai takut. Benar-benar takut. Dia seperti tahu aku ada di mana. Dan saat dia tahu, dia akan datang.
"Kamu mau gabung sama aku sama Tantri? Ayo!"
Aku menarik tangannya, dingin. Wajahnya pucat pasi. Setengah dari kepalanya hancur seperti terbanting sesuatu. Tubuhnya terlumuran darah seperti ada tusukan benda besar yang menembus ke punggungnya.
Reflek aku teriak menutup mata. Sekelilingku terasa berputar. Aku masih bisa mencium bau amis dari tubuh Rangga.
"Mira, loe gapapa?"
"Rangga mana?"
"Rangga?" Tantri seperti terkejut.
"Ayo gue anterin pulang!"
Separuh pengunjung memperhatikanku. Bajuku basah oleh keringat. Aku masih kaget.
"Itu cuman imajinasi!" Yakinku mengobati diri sendiri.
Datang ke rumah, mandi lantas diam di dalam kamar.
Besok aku harus berkeliling komplek. Mencari alamat yang diceritakan Rangga sebagai rumahnya. Aku merasa seperti harus menceritakan ini kepadanya. Aku harus bertemu Rangga.
Siapa Rangga? Apakah dia manusia atau hanya imajinasi Mira saja?
(Bersambung)
Gani Mandali
Gani Mandali Penulis, editor, traveler, hobi jajan, hobi nonton, hobi jalan-jalan. Engga suka cowok Korea tapi seneng sama cowok timur tengah yang hidungnya bangir, rahangnya tegas, tinggi, gede, seksi (semacam cowok Turki lah).

Posting Komentar untuk "Teman Dari Alam Lain (2)"